Aku mulai semua cerita ini dengan sebuah hikmah bahwa manusia memang hanya bisa berencana namun Allah lah penentu dan sang empunya kuasa atas segalanya, termasuk rencana pernikahan kami.
Dan cerita ini akan menjadi
sebuah sejarah pernikahan kami berdua untuk dibaca anak cucu kami kelak.
Sebelumnya saya ceritakan
background kami berdua, saya dan suami saya sebelum menikah sama-sama
berdomisili di Kulon Progo karena pekerjaan. Keluarga besar saya mayoritas di
Solo, dan keluarga besar suami saya mayoritas di Surabaya. Rekan kerja kami
yang akan menjadi tamu kami mayoritas berasal dari luar kota yaitu Jakarta
(karena sebelumnya saya bekerja di Jakarta selama 5 tahun), Surabaya dan
Yogyakarta.
Kami telah merencanakan
pernikahan kami sejak bulan September 2019, pernikahan akan kami langsungkan
pada tanggal 4 April 2020, angka cantik 04-04-2020. Vendor-vendor pernikahan
sudah kami booking, mulai dari wedding organizer, fotografer, dekorasi, MUA
(Make Up Artist), band pengiring, persewaan wedding dress, dan yang paling
utama adalah venue atau gedung pernikahan kami yang berlokasi di salah satu
hotel bintang 4 di kota Solo. Rencana pernikahan kami akan mengundang 750 orang
tamu, diadakan di ballroom dengan seat arrangement round table. Konsep akad
adat jawa dan resepsi konsep nasional.
Long story short…………
Bulan November 2019 setelah kedua keluarga saling berkunjung dan sudah melaksanakan "tembungan", kami mulai mem-booking venue atau gedung pernikahan dan vendor pendukung lainnya, DP (down payment) sudah kami bayarkan. Segala persiapan dan rencana acara pernikahan mulai kami susun dan kami cicil kesiapannya satu persatu.
Bulan Februari 2020, kami juga
telah menyiapkan baju seragam among tamu untuk kedua keluarga besar dan juga
bridesmaid. Semua itu telah kami bagikan untuk dijahitkan. Konsep pernikahan
sudah semakin matang, arrangement dekorasi sudah saya request ke vendor, segala
persiapan sudah nampak semakin matang baik dari acara pendukung hingga acara
utama nantinya di tanggal 4 April 2020. Sekitar 400 souvenir dan 300 undangan pernikahan
juga sudah siap karena rencananya undangan akan saya sebarkan di awal dan
pertengahan Maret.
Awal bulan Maret 2020, wabah
corona mulai muncul ke permukaan media Indonesia yang mungkin sebenarnya sudah
masuk di Indonesia sebelum diberitakan. Pada saat itu, yang gencar adalah di
wilayah Jakarta dan daerah lain masih belum terlalu “ngeh” akan wabah tersebut.
Tanggal 5 Maret 2020 kami sudah menyebarkan undangan ke rekan-rekan kerja saya
dari beberapa wilayah di Indonesia yang saat itu dinas ke Yogyakarta.
Pertengahan Maret, wabah tersebut
mulai menjadi sebuah kekhawatiran yang melanda kami dan keluarga besar.
Berbagai larangan mengadakan perkumpulan sudah mulai diumumkan oleh pemerintah.
Tanggal 19 Maret 2020, Kepolisian
Republik Indonesia mengeluarkan maklumat tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan
Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Virus Corona (COVID-19) yang salah satu
poinnya menyatakan bahwa tidak diperbolehkan untuk mengadakan resepsi
pernikahan. Namun kami belum terinformasi akan adanya maklumat ini.
Setelah mendapat informasi
mengenai maklumat tersebut, kami mulai memikirkan berbagai skenario. Waktu
pernikahan tinggal 2 minggu lagi, di masa itulah kami benar-benar galau,
bingung, gelisah mengenai rencana pernikahan kami akankah tetap diadakan atau ditunda.
Posisi saat itu kami berencana akan menyebarkan undangan H-2 hingga H-1 minggu
acara. Namun karena adanya keraguan karena pandemic, kami urung menyebarkan
undangan hingga kami benar-benar memutuskan kepastian acaranya pernikahan kami.
Skenario pertama:
Tetap mengadakan akad dan resepsi
di hotel dengan jumlah tamu yang dikurangi. Kami membuat RSVP menggunakan
google form untuk mengkonfirmasi kehadiran para tamu yang akan kami sebarkan ke
para tamu undangan.
Mengganti venue dari ballroom ke
ruangan yang lebih kecil dengan kapasitas sekitar 100 orang saja.
Skenario kedua:
Menunda resepsi sampai waktu yang
belum dapat ditentukan. Acara pernikahan hanya akad saja dengan lokasi di hotel
dengan jumlah tamu terbatas. Tidak menyebarkan undangan dan menyampaikan
pengumuman penundaan resepsi kepada tamu yang telah menerima undangan.
Skenario ketiga:
Resepsi dibatalkan atau
ditiadakan sama sekali, bukan ditunda. Acara pernikahan hanya akad saja.
Pertimbangannya adalah karena kami berdua tidak ingin repot untuk kedua kalinya
dan agar biaya pernikahan tidak semakin bertambah.
Pada saat diskusi mengenai skenario
tersebut kami dan keluarga mengalami berbagai kegalauan karena ada
masukan-masukan dari wedding organizer juga keluarga besar sehingga menambah
banyak pertimbangan keputusan yang harus kami ambil.
Akhirnya H-13 yaitu pada tanggal
22 Maret 2020 kami memutuskan untuk memilih skenario kedua. Dalam waktu 13 hari
kami langsung “gercep” mengatur ulang semuanya yang semula Akad dan Resepsi
dengan jumlah tamu 750 orang, menjadi akad saja dengan tamu undangan khusus
hanya keluarga saja.
Kami langsung memberitahukan
kepada para vendor bahwa resepsi ditunda, yang mana artinya DP tertahan di
vendor hingga waktu yang belum dapat ditentukan. Saat itu vendor yang tidak
kami tunda namun kami downgrade ordernya adalah dekorasi dan MUA. Untuk fotografer
saya mencari lagi fotografer baru, dan alhamdulillah wedding organizer kami
sangatlah kooperatif. Meskipun saya tidak meminta untuk dibantu, namun pihak WO
terus berusaha membantu kami melaksanakan akad dan memonitor persiapan kami
demi kelancaran acara.
Kami pun terus berkoordinasi
dengan pihak KUA, saat itu opsi untuk menggelar acara akad ada 2. Pertama akad
di KUA dengan tamu hanya 10 orang di ruangan. Kedua, akad di luar KUA namun
harus melapor pada gugus tugas Covid-19 dan diawasi oleh pihak kepolisian.
Karena waktu semakin mepet, akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan akad di
KUA, siapa sangka acaranya akan sesederhana ini ya.
Setelah semuanya sudah jelas dan
pasti, kami kembali menyusun konsep acaranya yaitu acara akad di KUA kemudian
syukuran keluarga dekat dan makan-makan sederhana di rumah. Dekorasi pelaminan
sangat sederhana kami siapkan di area ruang tamu rumah, fotografer kami booking
personal hanya 1 orang, proses make up pun juga di rumah.
Tibalah hari H pernikahan kami,
hari Sabtu, tanggal 4 April 2020. Keluarga suami dari Surabaya alhamdulillah dapat
hadir dengan berkendara pribadi hanya 1 mobil menuju ke Solo di pagi hari
karena acara akad dimulai pukul 09.00. Protokol kesehatan diterapkan sangat
ketat, tamu undangan di KUA benar-benar hanya 10 orang, dengan kursi yang
diatur berjarak untuk melaksanakan social distancing.
Alhamdulillah setelah berbagai
drama yang kami dan keluarga lalui di waktu yang mendekati hari-H pernikahan, di
hari yang indah itulah kami berdua sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Disini saya sangat berterima
kasih pada suami saya yang terus mengingatkan dan menenangkan kepanikan saya
dengan penuh kesabaran. Suami saya ini sangat luar biasa dalam menenangkan kegundahan
saya, dia selalu mengingatkan bahwa pernikahan ini adalah sebuah ibadah mulia,
hakikat utama dari pernikahan adalah akad, sedangkan resepsi dan segala
kelengkapannya bukanlah hal yang utama. Kondisi pandemi Covid-19 juga membawa
banyak ketidakpastian, suami selalu mengingatkan untuk selalu berserah diri
pada apa yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT dan bahwa semuanya ini pasti ada
hikmahnya, dan niat pernikahan kami harus selalu diluruskan untuk beribadah.
Akhir cerita, saya ingin mengucapkan
selamat pula kepada teman-teman pembaca sesama pengantin di masa Covid-19,
selamat kalian telah sukses berjuang meluruskan niat bersama pasangan untuk
menikah meskipun banyak aral melintang di masa pandemi, selamat atas
pernikahannya semoga berkah selalu dan langgeng hingga akhir hayat.
Kami juga meminta maaf pada rekan-rekan yang tidak kami beritahukan bahwa kami akan menikah saat itu. Mohon dimaklumi, bukannya tidak ingin mengundang, jujur undangan sudah tertulis dan tertempel nama rekan-rekan di label namun tidak jadi kami sebarkan dan kami pun tidak sempat menyampaikan kabar bahagia ini satu per satu, hehe. Mohon dimaafkan yaaa.
Terima kasih kepada:
Wedding Organizer : Samaradana Wedding Organizer
Make Up Artist : Mahayunesa Make Up Artist
Fotografer : Solo Bride Story
Undangan pernikahan: Springstories
Dekorasi : Ami Dekorasi
Untuk ulasan detail pernikahan kami akan aku bahas di tulisan berikutnya yah....